Postingan

Kado Terindah

      S ejak kecil aku selalu iri melihat anak sepantaranku dirayakan ulang tahunnya dengan orang tua mereka dengan penuh kasih sayang tak peduli sesederhana apapun yang mereka rayakan, buatku mereka terlihat ‘nyaman’. Aku sempat terpikir bagaimana ya rasanya menjadi mereka yang dapat merasakan dirayakan hari spesialnya di dalam rumah sejuk yang hangat?. Aku selalu berandai andai jikalau aku menjadi mereka, kado spesial apa yang akan kudapat?. Handphone mahal, PS, Gamebot, Laptop, Motor, Sepeda dan barang mewah lainnya mungkin terasa sangat spesial bagiku dulu melihat itu. Namun sampai akhirnya menginjak usia 17 tahunku ini, aku mulai berhenti berangan-angan itu lagi.  Karena bagiku,  kado terindah adalah dapat melihat kembali senyum I buku.  .  .  Teruntuk Ibuku,  Bukk...  Aku bangga menjadi anakmu Bukk .. Pulangmu bagiku adalah perwujudan sebenar-benarnya rasa hangat dari kasih sayang Bukk.. Walau 2.399 km jauh jarak kita Bukk.....

Belajar

Gambar
Dia hanya menjadikanmu partner belajar, bukan partner hidupnya. Tapi tak apa apa deh hanya sekedar partner belajar, namun bolehkah mata pelajaran tersebut adalah “hidup bersamamu?”.

Angin Februari

Aku ingin menjadi Angin agar terlihat sejuk di bulan Februari.  Berkeliaran dan Berteman dengan semua keadaan.  Menjadi saksi naik turunnya irama rasa yang ada.  Namun,  Apakah kamu tahu keberadaan Angin itu pasti?.  Walau tak kasat mata, namun dapat dipastikan keberadaannya.  Memang di dunia ini ketidakpastian itu pasti ada dengan membawa kepahitannya.  Dan itu bukanlah Angin. 

Bunga

Gambar
Pagi yang cerah adakalanya kebahagian ikut turun ke bumi bersamaan sinar pagi yang menyinari bunga - bunga bermekaran yang tersenyum.  Namun, apakah benar bunga - bunga tersenyum karena sinar itu?.  Bukankah bunga mekar dengan senyumannya karena sudah waktunya?.  Atau bunga memang tersenyum karena disinari dan membuatnya mekar dengan indah?. 

Tinggal dan Pergi?

     “Jika saja dunia sebuah kreativitas tanpa dimensi mungkin mataku sudah kujadikan pena untuk kepalamu yang kujadikan buku lalu kutulis kenangan-kenangan indah biar kekal kau kenang.” Anganku 13 Februari 2020 didalam kereta yang belum bergerak dari stasiun tengah-tengah kota Jogjakarta ini yang akan menjadi kali terakhirku melihat kota istimewa ini. Aku memutuskan untuk meninggalkan kota kelahiranku ku ini, bukan tanpa sebab. Aku merasa kota ini penuh kenangan pahit yang merusak suasana ketenangan hatiku. Tepat 2 bulan lalu sesudah wisudaku aku mendapat realitas pahit yang setiap hari menghancurkan suasana hatiku. Aku tak bisa mengelak fakta bahwa perempuan yang seharusnya duduk bersamaku di atas panggung pelaminan sekarang pergi jauh ke dunia yang penuh taman indah.  Pergi dari Jogja adalah keputusan mutlakku, menuju Semarang mungkin akan menjadi destinasi kebahagiaan pikirku. Tiba di stasiun Semarang aku melihat banyak sekali orang-orang yang dijemput keluarga a...

Menebak Cangkir Hati

     Hujan, menulis, dan aroma kopi adalah kombinasi paling menyenangkan bagi seorang penulis sepertiku. Kata-kata indah kucoba rangkai berkala, cerita demi cerita ku usahakan terlahir mengalir, dan plot demi plot mulai terurai secara natural. Rutinitas ini kulakukan setiap hari tanpa rasa bosan, seakan ini sudah menjadi keharusanku, meski sebenarnya aku bukanlah seorang penulis profesional. Aku adalah seorang lulusan sarjana psikologi yang tak punya bakat menulis. Tetapi entah kenapa, aku selalu merasa ada kepuasan tersendiri saat berada di kafe, mengetik di laptop, dan menulis cerita Aku selalu mengirimkan cerita-cerita pendek romantis ke penerbit-penerbit, berharap mereka tertarik. Tapi sayangnya, selalu berakhir dengan penolakan. Mereka bilang cerita-ceritaku terlalu monoton dan membosankan. Meski begitu, aku tak pernah merasa lelah. Aku tetap menulis, berpikir bahwa penolakan adalah bagian dari perjalanan. Seakan itu sudah hal biasa, walau sebenarnya aku merasa frust...

Perayaan Warna Valentine

    Namaku Ditto, seorang remaja SMA yang sejak kecil tak pernah berharap ada warna lain yang muncul menemani hari-hariku selain hitam dan putih. Tapi kali ini, berbeda. Aku baru saja menemukan warna baru. Tanggal 13 Februari 2024, sehari sebelum Valentine yang identik dengan pemberian cokelat kepada orang terkasih, aku dihadapkan pada sebuah pilihan sulit. Sebagaimana lelaki yang sedang jatuh cinta, rasanya sudah selayaknya merayakan Valentine seperti pasangan remaja lainnya. Lagi pula, ini adalah pertama kalinya bagiku. Hatiku jatuh pada Raelia Artistika, perempuan manis yang sekelas denganku saat kelas 10 dulu, dan mulai dekat sejak kelas 11 meskipun kami berbeda kelas kami dekat karena kami mempunyai idola yang sama yaitu pak Sapardi Djoko Darmono. Kami saling mengetahui idola kami sama karena pada waktu itu guru menyuruh kami menuliskan siapa idola masing-masing siswa dan kami berdua kompak menulis pak Sapardi. Kami memang dekat, tapi belum sedekat sampai menjalin hubunga...